IBU, PERCAYALAH | ANDRA ALODITA


Ibu, mengapa aku minum susu formula? Katanya ASI adalah yang terbaik.

Ibu, usiaku hampir 2 tahun, tapi kenapa aku belum bisa berjalan sendiri? 

Ibu, teman sebayaku sudah bisa membaca, aku kapan?

Ibu, badanku kecil sekali, apa giziku kurang?

Ibu, kenapa aku belum juga bisa berbicara dengan lancar?

Buibu, apakah anak-anaknya pernah bertanya demikian?

Sebagai seorang ibu, pasti kita ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Namun kadang kala ada hal yang memang tidak bisa kita ‘kontrol’ walaupun kita merasa sudah memberikan yang terbaik. Tapi coba buibu perhatikan, apa anak buibu pernah menyakan hal “mengapa demikian”?

Sedikit cerita soal anakku, Arka.

Di usia 7 bulan Arka sudah bisa merangkak, diusia 8 bulan Arka sudah merembet kesana kemari. Apa tanggapan orang-orang? “Wah nanti jalannya cepet nih, sebelum setahun pasti udah bisa jalan.” Ibu mana yang ngga senang mengetahui pertumbuhan anaknya dikatakan cepat? Tapi dari 8 bulan dan seterusnya, pertumbuhan Arka gitu-gitu aja. Belum bisa berdiri sendiri, belum bisa bangun sendiri, bahkan ditatah juga ogah-ogahan. Apa tanggapan orang-orang? “Kok belum bisa jalan juga? Kirain jalannya bakal cepet.”

Sedih? Jangan ditanya.

Setiap hari aku pun bertanya-tanya “kenapa Arka belum bisa jalan juga?”. Aku bawa Arka ke taman biar injak-injak rumput (konon katanya kalau injak-injak rumput pagi hari bisa bikin anak cepat jalan), tapi ujungnya dia hanya duduk-duduk terus minta gendong, dan sebagainya. Aku sangat ‘ngoyo’ supaya Arka bisa jalan sebelum usia 1 tahun, tapi kenyataan berkata lain.

Setelah Arka umur 1 tahun, aku mulai pasrah dan belajar untuk percaya pada Arka kapan pun dia siap untuk jalan sendiri, dia pasti akan jalan dengan sendirinya. Semakin sering aku mendengar tanggapan orang-orang tentang pertumbuhan Arka, semakin aku percaya bahwa Arka juga punya ‘waktu’-nya sendiri. Dan Alhamdulillah diusia 13 bulan Arka sudah bisa berjalan dengan sendirinya. ‘Waktu’ itu datang dengan tiba-tiba saja dan bahkan bukan aku orang yang pertama kali melihat, hehe.


Banyak hal yang membuat kita menjadi krisis kepercayaan dengan anak kita sendiri. Mulai dari ekspektasi, omongan orang lain, perbandingan dengan anak-anak lain, dan sebagainya.

Sebagai seorang ibu pasti kita ingin anak kita menjadi yang teristimewa, tapi masalahnya apa kita percaya bahwa anak kita istimewa? 

Kadang kita sibuk mendengarkan omongan orang lain tentang anak kita, atau sibuk membandingkan anak kita dengan anak lain, yang justru membuat kita lupa bahwa anak kita istimewa.

Kita harus belajar dari anak kita sendiri, bahwa mereka tidak pernah sekalipun menanyakan mengapa ia belum bisa berjalan, mengapa ia tidak diberikan ASI, mengapa ia belum bisa membaca dan lain sebagainya. Anak kita juga tidak pernah membandingkan kita dengan ibu-ibu lain, bukan? Itu karena anak percaya bahwa ibunya lah yang teristimewa. Bagaimanapun kondisinya, ibu adalah cinta pertama seorang anak.

 

Anak adalah keajaiban dari Tuhan yang tidak bisa kita paksakan. Jadi biarkanlah keajaiban-keajaiban lain dari sang anak muncul dengan alami, dengan sendirinya. Mungkin kisahku ini belum seberapa dibanding dengan kisah para ibu lain di luar sana, tapi semoga kisahku ini bisa memotivasi untuk lebih percaya dengan keajaiban anak, yang merupakan keajaiban dari Tuhan.

Percayalah bahwa anak kita adalah anak yang istimewa yang mempunyai keistimewaannya masing-masing. Percayalah juga bahwa kita adalah ibu yang istimewa. Jangan biarkan satu hal pun membuat kita jadi meragukan anak kita, bahkan meragukan diri kita sendiri. Berikan yang terbaik, lalu berharaplah yang terbaik. Terbaik adalah yang paling tepat. Karena tepat, tidak selalu cepat ataupun hebat.

Seorang anak tidak membutuhkan ibu yang sempurna, tapi membutuhkan ibu yang bahagia. So, jadilah ibu yang bahagia untuk menumbuhkan anak yang bahagia.

With Love,

Indah





Source link

Leave a Comment